si Robot yang Tersesat


Kau menggertakkan gigi, matamu terlihat cukup fokus, ingin rasanya kusentil keningmu itu, seharusnya kau juga bisa seserius itu saat belajar.

Aku berjalan limbung ke kiri, buntu, ah sepertinya ini jalan yang salah. Aku mencoba tetap seimbang dan mulai bergerak ke kanan, mendadak kau menyentuhku, pun berhenti, astaga hampir saja aku terjatuh. Lantas, aku melangkah sedikit ke arah kiri, berhenti lagi. Cukup lama aku berhenti, kemudian aku menuruni tangga. Aku melihat sebuah lubang di antara tembok batu menyerupai sebuah pintu. Ragu, tak ayal kulewati saja pintu itu dengan sedikit terburu-buru.

Tidak. Sepertinya ini salah.

Aku menahan langkah, namun terlambat, langkah yang kuambil barusan terlalu cepat. Prediksiku terjadi, aku jatuh ke dalam air. Sudah berakhir. Tidak, bukan salahku, aku tidak melihatnya, aku kan hanya mengikuti petunjuk darimu saja, kenapa wajahmu berubah kesal begitu? Aku sendiri tak punya pilihan selain menjadi basah.

Detik berlalu, aku menunggu, pun dengan kau. Kau mencoba membuatku kembali, namun usahamu hanya kesia-siaan semata, tidak ada yang bergerak, kita sama-sama terdiam. Itu adalah tujuh detik terlama yang pernah sama-sama kita lalui di bumi. Aku menunggu, kamu menunggu. Tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu.

Aku bisa merasakan kegelisahanmu dari gerakan tanganmu yang tak sabaran, biar kutebak, kau merasa bersalah karena sudah membuatku masuk ke dalam lubang pintu tadi, bukan? Aku terkekeh. Tiba-tiba aku merasa sesuatu mendorongku ke atas. Apa yang terjadi? Sepertinya aku terbang, benarkah? 

Aku mulai melihat cahaya di atas sana, tunggu, apa aku sedang menuju syurga? Hei, apa ini? Dorongan itu terasa semakin kuat dan aku semakin terangkat. Sebentar, sepertinya aku tidak sedang menuju syurga. Aku bisa melihat bagian atas dari tembok batu yang kulalui tadi, ada hamparan luas berwarna biru. Oh, ini… jalan keluar? Tunggu! Berarti kita tadi berada di jalur yang benar!

Tubuhku sudah terangkat sempurna di atas tembok berkat dorongan air yang kuat. Itu dia! Aku melihat wajahmu lagi, ada senyum sumringah terukir di sana. Aku bisa mengerti sebahagia apa kau saat ini. Kita sama-sama sudah berjuang menempuh perjalanan yang cukup melelahkan ini, maafkan langkahku yang kerap tak seimbang, sering limbung dan membuat bingung. Aku lega, pun aku tahu kau merasakan kelegaan yang sama. 

Kita sudah sampai di akhir, aku melambai padamu, terima kasih karena telah membantuku melewati jalan penuh rintangan dan juga mengantarku pulang. Kebersamaan kita cukup sampai di sini, lain kali semoga kita bisa berjumpa lagi.


“Mekorama level 50 selesaaaai! Yahooooo!” 

Hei, aku masih bisa mendengar pekikan suaramu, dasar, lagi-lagi kau lupa menutup aplikasi permainannya.
---

#30HariMenulis Challenge Day 9
Tema: Perjalanan
Jumlah kata: 404

Catatan: 
  • Mekorama adalah salah satu aplikasi permainan pada telepon selular yang menyajikan “pertualangan” Robot B dalam menyelesaikan puzzle/menemukan jalan pulang di setiap tingkatannya, tampilannya sendiri berupa diorama/model 3D yang bisa diputar, seru!
  • 50 tingkatan pertama adalah level perkenalan wajib, selanjutnya kita bisa menantang diri membuat diorama puzzle sendiri untuk kemudian dimainkan sebagai tingkatan baru dalam permainan Mekorama, kita juga bisa saling bertukar puzzle buatan sendiri itu dengan sesama penggemar permainan Mekorama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genteng dan Rujak Kanistren

Usai Disini

A Boy Called Billy