Kalau MedSos Bisa Ngomong



Tema : sosial media 

Tulislah sesuatu mengenai sosial media. Mungkin kamu merasa amat terbantu dengannya, mungkin kamu malah benci padanya. Atau mungkin kamu tertarik dengan sejarahnya.

Nah, kalau saya sih tertarik dengan kamu yang apa adanya. Yahoo!

“Ada yang manggil saya?” Yahoo Messenger yang duduk di barisan paling belakang mendongak.

Ups! Maaf Tuan Yahoo Messenger, itu maksudnya hanya seruan antusiasme saja, “Yahoo” bukan maksudnya ke Tuan Yahoo Messenger. Hehe.

“Oh.” Yahoo Messenger kembali lemas, dia membuang nafas panjang. Hari ini adalah hari yang berat untuk Tuan Yahoo memang. Semoga masa pensiun anda nanti menyenangkan ya, Tuan.

Oke, kita mulai mulai mengulas tema hari ini ya. 

Lah terus yang barusan apa? 

Itu cuma iklan kok, sekalian sedikit mengobrol dengan tuan Yahoo Messenger yang saya yakin hari ini tuan YM tidak akan banyak bicara. Sudah ah, saya mau nulis untuk tantangan hari ke-24 nih. Jep, repeh! 

Rapat mingguan Majelis Permusyawaratan Media Sosial. 

“Siapa di sini yang tidak hadir?”

“Friendster!”

“Loh kemana dia? Apa dia sudah tidak mau diperbaharui lagi?”

“Yang mulia Google, Friendster sudah pensiun sejak lama, saya ingatkan, barangkali yang Mulia lupa.”

“Oh iya benar juga, maaf saya lupa, anggota majelis media sosial ini terlalu banyak, saya sering lupa siapa-siapa yang sudah pensiun dan dipensiunkan.”

Sebenarnya yang Mulia Google hanya sedang sarkasme saja, mustahil yang Mulia Google tidak mengetahui hal itu. Yang Mulia Google hanya sedang menguji para peserta rapat mingguan saja, agar lebih kritis dan aktif. Hm.

Rapat dimulai dengan pembacaan jumlah pengguna media sosial daring di minggu ketiga bulan Juli ini. Pengguna terbanyak masih di pegang oleh Facebook. Tuan Facebook terlihat jumawa. 

Agenda rapat selanjutnya adalah penyampaian pendapat secara demokratis. Tapi akhir-akhir ini semua anggota media sosial nampaknya mengalami minggu yang sulit, adapun yang adem-adem saja mereka mempersilakan media yang lebih berkepentingan sebagai perwakilan atau juru bicara dalam forum. 

Facebook sebagai pemegang medali emas pengguna daring terbanyak angkat suara. Dia berbicara mewakili semua anggota media sosial yang hadir maupun yang sedang absen.

“Hal ini sudah sering terjadi, tapi minggu ini terasa lebih berat yang Mulia.” Facebook berjeda.

“Lanjutkan.” pinta yang Mulia Google.

“Kami di sini memliki masalah yang sama. Kami adalah korban para pengguna. Para pengguna selalu menyalahkan kami, itu sudah sering kami bahas di forum memang. Saya sedih melihat perlakuan tidak adil ini.”

Yang Mulia Google mengangguk bijaksana.

“Mereka selalu mengatakan kita memberi pengaruh buruk. Jujur, saya sedih yang Mulia. Kami semua sedih. Bukankah kami diciptakan untuk memberi kemudahan bagi para pengguna itu? Tapi kenapa jika terjadi kesalahan yang berimbas pada kehidupan pengguna itu kami selalu dipersalahkan?”

“Betul yang Mulia. Kita juga sering disalahkan sebagai sumber penyebar kebencian maupun hoaks. Coba saja yang Mulia perhatikan, para pengguna sering mengatakan seperti ini ‘ini dari mana sih sumber beritanya?’ kemudian ada yang menjawab ‘dari twitter, dari facebook’, saya suka gemas sekali yang Mulia, ini kami yang terlalu pintar atau mereka yang terlalu bego sih yang Mulia?” Twitter meradang.

“Ssst, Twitter, sabar.” Yang Mulia Google mencoba menenangkan.

“Kami rela menjadi tempat luapan emosi para pengguna, kami tidak pernah keberatan karena itu adalah tujuan kami diciptakan. Tapi apa? Banyak perlakuan tidak adil yang kami dapatkan. Menyebalkan sekali.” Twitter menurunkan sedikit suaranya.

“Selama para pengguna itu masih membutuhkan kami sebagai media penyambung silaturrahmi, penyaluran emosi, berbagi aspirasi dan inspirasi, kami akan selalu ada menemani. Walaupun bisa jadi keberadaan kami mungkin nanti terganti. Kami hanya berharap para pengguna lebih bijaksana.” Facebook menimpali yang diiringi dengan tangisan Yahoo Messenger.

“Kami tuh sakit hati, masa sedikit-sedikit bilang ‘gara-gara youtube sih’, ‘Facebook-an mulu sih’, ‘main game aja sih’, ‘chatting-an terus sih’, dan banyak lagi dan lagi. Kami tuh bingung, kok mereka menyebut-nyebut nama kami sebagai kambing hitam?”

“Semuanya saja salah media sosial, yang kekinian kita, yang tahu segalanya kita, yang perlu di perbarui kita, yang keren kita, yang manis kita yang cakep kita…”

“Masyaallah.” Yang Mulia Google menatap Facebook dan Twitter bergantian, sementara anggota media sosial lainnya hanya nyengir kuda di pinggiran. 

Dasar, ini sih topiknya engga bakal habis-habis. Not responding-kan saja dulu lah. Batin yang Mulia Google seraya meminta tolong pada rekanan bisnisnya.

Kemudian, tidak ada jaringan.

“Ih ini sinyalnya sampah!” umpat pengguna di luar sana.

Tuh kan, kini si sinyal yang jadi korban.
--

#30HariMenulis Challenge Day 24
Jumlah kata: 541 (Tanpa judul tema dan iklan)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genteng dan Rujak Kanistren

Usai Disini

A Boy Called Billy