Selamat, kita lulus!

Hallo, nama saya Suci.

Suci adalah “seorang perempuan biasa yang sok bisa merangkai kata-kata. Ngakunya penulis pemula yang masih belajar bercerita melalui kumpulan aksara”.

Barusan itu adalah tulisan saya bertahun-tahun lalu pada kolom perkenalan di salah satu media sosial yang saya gunakan, Twitter.

Membaca dan menulis.
Bagi saya keduanya sama penting. Kenapa? Jika ditanya kenapa jawabannya adalah karena. KARENA dua hal itu seperti kegiatan satu paket, saya menyebutnya sebagai nutrisi dan olahraga otak, sebuah investasi besar dengan jaminan masa depan gemilang.

[Iya gituuuuu? Di-iya-in aja atuhlah, ya, ya?]

Masa depan yang gemilang di sini, bagi saya, lagi, tidak selalu berhubungan dengan pemasukan berupa recehan maupun lembaran, tapi lebih kepada kesehatan otak, mecegah dari pikun dini. Entah ada penelitiannya atau tidak (eiiii, males nyari yaaa) tapi saya selalu menyimpulkannya seperti itu. Kalau bukan saya yang menyayangi otak saya, siapa lagi?

[Cara saya menyayangi kamu adalah dengan menerima adanya apa di diri kamu. Syalalala.]

Membaca dan menulis adalah bentuk kasih sayang saya untuk diri saya sendiri, khususnya untuk si dia yang ada di dalam batok kepala, Tuan otak dengan spesifikasi RAM tak terhingga Giga Byte.

[Ciyeeee si Tuan otak berjumawa ria, yaha.]

Membaca dan menulis tidak hanya tentang apa yang kamu beri dan kamu terima ke dan dari otak saja, tapi juga terikat secara mental. Kenapa? KARENA membaca dan menulis butuh keberanian dan penerimaan.

Saat kamu memutuskan untuk berani menulis, kamu juga harus menyiapkan mental menerima. Menerima segala bentuk apresiasi berupa komentar, saran, kritik, nyinyiran, dukungan, suka, hati, tertawa, tercengang, sedih, dan marah atau bahkan tidak menerima apa-apa.

Penerimaan itu kemudian saya jadikan sebagai motivasi untuk menulis yang lebih baik lagi, lagi dan lagi.

[Hei, mari kita tidak menyerah!]

Menulis dengan jujur.
Menjadi diri sendiri adalah cara mudah untuk membuat tulisanmu terbaca nyaman dan renyah. Saya sering membaca tulisan-tulisan renyah nan gurih penuh mecin dari peserta 30 Hari Menulis, terima kasih!

Saya bisa merasakan ketulusan, kejujuran dan kebahagiaan maupun kesedihan atau “kebersenang-senangan” dalam tulisan-tulisan itu. Lalu, saya menemukan sebuah formula.

Formula: ketulusan dalam menulis yang diperkaya dengan membaca banyak karya dan mau menerima segala masukan dengan pikiran dan hati terbuka akan membuat tulisan kita lebih berwarna dan bermakna.

[Jangan pernah terlarut dalam kecewa, kita kan sedang belajar bersama!]

Untuk Mimin dan Momon yang sudah memberi banyak cinta pada setiap tulisan peserta, untuk juriwan juriwati yang sudah meluangkan waktu sibuknya untuk membaca karya kita, dan untuk seluruh peserta 30 Hari Menulis yang sudah membagi ilmunya, terima kasih banyak!

Selamat, kita lulus!

Webtoon: The Secret of Angel

#30HariMenulis Challenge Day 30
Jumlah kata: 408

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genteng dan Rujak Kanistren

Usai Disini

A Boy Called Billy