Lintah Tidak Bertulang
Nama Objek: Lintah
Nama Latin: Hirudinea
Nama Sunda: Lentah
Nama Popular: Lintah Darat (Hmm…)
Ciri-ciri fisik: Licin, kenyal, hitam (apa
cokelat tua? Cokelat kopi? Kopi susu?), panjang, elastis.
Usia: Rahasia
---
Kesan pertama melihat gambar lintah?
KESAL!
Saya jadi teringat saat saya menjadi saksi hidup
aksi lintah yang dengan gesit menghisap darah Ibu saya, di depan kedua mata
saya dia melakukannya, dengan sangat rakus dan disengaja!
Tentu saja, kan lagi terapi.
O.
(Bukti saat kejadian tidak didokumentasikan
demi kenyamanan ybs. saat sedang melakukan tugas penghisapan darah kotor pada
lidah pasien, boleh di bayangkan saja ya, hiiiiy!)
Sebelum menemukan posisi enak untuk menghisap
darah, si Lintah ini cukup kepayahan. Kenapa kepayahan? Kan lintah mah gampang aja hisap darah begitu?
Tidak untuk lintah malang ini, sekalian
pelajaran buat kita ya saudara-saudara, persedikitlah makan gorengan,
perbanyaklah minum air, air hangat, jangan air dari lemari pendingin, nanti hatimu
membeku (halah), karena hal-hal yang sulit dicerna tubuh seperti terigu, minyak
yang dipakai untuk menggoreng terigu, juga mentega dan sejenisnya dapat
menyebabkan pengentalan darah yang mana lebih berbahaya untuk pasien dengan
penyakit darah tinggi, seperti Mamake.
Karena darah yang sangat kental itulah, si
lintah kudu kerja ekstra, bahkan dia
seperti hampir akan menyerah, terjatuh beberapa kali, sampai akhirnya menemukan
posisi yang pas untuk menghisap darah lagi, slruuuuph!
Ibu saya itu bandelnya luar biasa, apalagi
menyangkut makanan, hesye dicarek
alias susah dikasih tahu maunya tempe. Kalau kita ingatkan, ya begitu, cemberut,
samutut kayak tutut (anak doraka kamu!) ya semacam “dari perut
jadi cemberut” (itu mah tulisan saya kemarin, promo).
Balik lagi ke mantan, eh maaf, lintah.
Tentunya sejak menjadi makhluk hidup yang viral
karena manfaatnya dalam dunia pengobatan, lintah ini jadi banyak dielu-elukan,
diternakkan, dikembangbiakkan dengan lebih higienis, maka jadilah dia salah
satu avenger dunia pengobatan tradisional maupun modern seperti saat ini,
selamat lintah!
Padahal, dulu, jaman saya masih bocah bau minyak
telon koniker, lintah adalah hewan paling dihindari lantaran orang tua sering
menakuti “awas siah ulin di sawah, pek dicoco ku lentah” (hati-hati main di
sawah nanti digigit lintah lho) kira-kira begitulah dawuhnya.
Konon kalau kita sampai tergigit lintah, dia
tidak akan bisa dilepas secara paksa, kecuali jika sudah merasa kenyang nanti
lepas dengan sendirinya, yang mana untuk anak-anak hal tersebut terdengar
menyeramkan.
Kalian tahu sebesar apa lintah itu bisa
mengembang setelah menghisap darah kita? Hanya Allah, lintah dan para peneliti
lintah saja yang tahu seberapa elastis tubuh sang lintah. Saya tadi lihat sih
ada gambar lintah besar sekali, mengingatkan pada alien di film
yang-saya-lupa-judulnya-apa.
Oh iya, tambahan informasi dari ibu terapis
lintah tadi, lintah, khususnya yang diperuntukkan untuk terapi, bisa mencari
titik letak di mana pusat darah kotor (atau darah penyakit) itu berada, kemudian
menghisapnya sampai dia yakin cukup. Lintah terapi tidak akan menggigit pada
bagian yang tidak berpenyakit. Pintar sekali!
Satu hal lagi, mungkin tidak terlalu penting,
hanya penasaran saja.
Jika para manusia “penghisap” kesejahteraan umat
dan penganggu ketentraman masyarakat disebut lintah darat, kenapa ya sebutan
untuk makhluk (yang katanya) immortal alias
abadi yang suka menghisap darah manusia disebut Vampir atau Drakula? Kenapa tidak
disebut lintahwan atau lintahwati?
Eh, ada Jangkrik!
---
#30HariMenulis Challenge Day 15
Jumlah kata: 507
Komentar
Posting Komentar