The Ngenes 9 Days

Warning: cerita ini hanya fiktif belaka.


Aku, Neng.

Hari pertama. Aku menangis sejadinya, sesenggukan hingga nyaris asma. Ku habiskan sekotak tisu persediaan ku selama seminggu, hanya untuk membuang lendir-lendir yang ikut keluar dari hidungku kala air mata tak mau berhenti mengalir. Patah hati.

Hari kedua. Mukaku kusut, sekusut benang wol yang tadi malam di acak-acak sama si Panda, kucing peliharaan aku. Gairah ber-make up hilang, padahal rutinitas pagiku adalah menghabiskan dua jam luang setelah mandi untuk membubuhkan make up di pipi, di hidung, di kelopak mata, di bibir, dimana-mana pokoknya biar spekta, biar wajahku kayak artis-artis Korea yang kemulusan dan kebeningan kulitnya bikin lalat saja kepeleset disana, keki. Masih patah hati.

Hari ketiga. Malas sekali untuk makan, padahal Bi Tati sudah membuatkan semur jengkol kesukaanku yang biasanya bikin aku khilaf sama program diet yang sudah aku tekadkan selama tiga bulan ini.

"Neng damang?" si Bibi nongolin kepalanya dari balik pintu kamarku.
"Maksud bibiiii?" aku yang tadinya siap-siap mau nangis lagi, jadi emosi.
"Muhun, Bibi hawatos neng teh kuma onam, tumben atuh teu di emam semur jengkolna. Neng baeud ka Bi tati?"
"Henteu, henteu." aku manyun.
"Atuh ku naon?"
"kurupuk!!"
"Ohhh Neng teh hoyong emam semur na sareng kurupuk? engkin atuh Bibi meser heula nya?"
"iiiiihhhhh!! Bi Tati ah!!" 

Kemudian Bi Tati langsung menutup pintu, dan suara cekikikannya terdengar nyaring, dasar usil. Kehadiran Bi Tati malam itu cukup jadi hiburan untukku, walaupun kemudian aku tetap tidak menyentuh semur jengkol buatannya. Dear semur jengkol, aku patah hati.

Hari keempat. Abah sama Nyai (panggilan untuk Ayah dan Ibuku) akhirnya pulang ke rumah setelah satu bulan jalan-jalan di Papua, bulan madu kesepuluh katanya. Abah membawa koteka sebagai oleh-oleh untukku dan menyuruhku menempelkannya di dinding kamarku, dekat meja komputer tempat aku lebih banyak mengabiskan waktuku sampai ketiduran. Malam ini aku melihat koteka itu menggantung disana, tepat di depan mataku, lama ku tatap, seringai jahat muncul dari bibirku. Aura hitam orang patah hati.

Hari kelima. Lari pagi biar sehat, biar energi negatifnya tersalurkan keluar menjadi keringat dan menguap di udara. Lenyaplah semua sakit, lenyaplah segala gundah, lenyaplah kamu dari muka bumi ini si pembuat patah hati!.

Hari keenam. Today i don't feel like doing anything, i just wanna lay in my bed. Lagu yang di populerkan Bruno Mars itu menemani sabtu pagiku. No make up. No good dress. No Creambath. No everything buat terlihat cantik. Untuk apa? Aku kan lagi patah hati, ingat?.

Hari ketujuh. Aku bergelantungan di atas pohon mangga yang tumbuh di pekarangan rumah, yang di tanam langsung oleh kakeknya kakek dari saudara satu ibu di pihak ayah. Mencari inspirasi. Konon katanya saat kita patah hati, kita dapat menghasilkan sebuah karya spektakuler. Kita buktikan sekarang.

"Anak gadis Abah itu lagi apa coba Bah?" Nyai bergabung dengan Abah, duduk dikursi santai sambil menikmati segelas teh hangat tanpa gula.
"Lagi nyari inspirasi katanya teh" Abah menyeruput teh yang baru saja dibawakan Nyai.
"Insiprasi naon ai Abah?"
"Insiprasi hidup. si Neng teh mirip Abah pisan lah, jiwanya teh petualang sejati! Ha ha ha" Abah terbahak.
"Hmmm" Nyai menanggapi santai, sudah biasa Abah mah aneh.

Hari kedelapan. Psychedelic plants. Setelah gagal mendapat inspirasi kemarin di atas pohon mangga, akhirnya aku memutuskan membeli sebuah tanaman halusinasi di sebuah toko online yang aku dapatkan referensinya dari kaskus. Karena patah hati bukan alasan untuk tidak berkreasi.

Psychedelic plants adalah kelompok tanaman yang mengandung zat-zat yang dapat mempengaruhi otak dan syaraf sehingga menciptakan kondisi kesadaran yang berbeda dari biasanya. Kondisi ini biasa disebut sebagai "altered states of consciousness" yang dapat menyebabkan imajinasi dan kreativitas luar biasa (Lombardo, 2007). Selama ribuan tahun, suku-suku Aztec, Inca, Maya, Mesir diketahui telah menggunakan berbagai tanaman tersebut untuk ritual mereka.
Banyak seniman juga memakainya untuk mencari inspirasi.

Hari kesembilan.
Setelah drama patah hati selama lebih dari seminggu ini, akhirnya aku sudah mulai bisa membiasakan diri tanpa meratapi hal-hal yang membuat aku patah hati. Well, itu semua kan berkat usaha dan kerja keras aku untuk keluar dari penyakit hati sialan itu. Aku pun akhirnya mampu membuat sebuah karya berkat si Psychedelic plants. Satu paragraf penuh puisi, puisi pertamaku! Oh my God, oh my God.

I'm sooo excited!! Aku tahu, kalian pasti penasaran kan dengan puisi yang aku buat? Jangan malu-malu gitu ah buat bilang iya, sini deh aku kasih tahu biar kalian tidak penasaran. Judulnya "Bebas, lepas".

Bebas, lepas. (By. Neng)

Antepkeun, antepkeun.
Tue tiasa nahan deui
Antepkeun, antepkeun
geus wae banting panto
tepaduli batur ngomong naon
Bae badai ge
Tiris ge abi henteu nanaon
Antepkeun, antepkeun
Moal ningali ceurik
Didieu nangtung didieu cicing
Bae badai ge
Tiris ge abi henteu nanaon,
Abi moal balik deui, baheula mah baheula...

Ya, aku sudah memutuskan untuk melepaskannya. Ada yang bilang, entah siapa, katanya jangan menahan, jangan mencoba untuk melupakan, tapi berhentilah untuk mengingat. So, i have to let him go, aight?

Hello, it's me. I was wondering if after all these years you'd like to meet. To go over everything

Nada dering telepon selularku, Adele, Hello.
Aku melihat sebuah nama yang sangat ku kenal muncul di layar. Ragu, tapi ku angkat juga.

"Hei." sapa suara di sebrang, aku diam.
"Maaf ya, tentang kemarin." Kemarin? maksudnya seminggu lalu?.
"I miss you"

Dan runtuhlah usaha selama sembilan hari ini, dengan balasan dari mulutku yang tidak dapat aku kendalikan, "i miss you too", tepat di hari kesembilan pukul sebelas malam lebih lima puluh sembilan menit, dan sebelum hari kesembilan itu berakhir. Sialaaaaaaaaaaan!!!



-Teruntuk angka sembilan, yang mewakili tanggal kelahiran saya-
#30HariMenulis Hari ke-23

Special Thank to: yang mau baca walaupun tidak ketawa, setidaknya saya sudah usahaaaa, ya ya ya T.T

GLOSARIUM.

  1. Neng damang?; Neng sehat?.
  2. Muhun, Bibi hawatos neng teh kuma onam, tumben atuh teu di emam semur jengkolna. Neng baeud ka Bi tati?; Iya. Bibi khawatir neng kenapa-kenapa. Tumben semur jengkolnya tidak dimakan. Neng marah sama Bi Tati?.
  3. Henteu, henteu ; enggak kok
  4. Atuh ku naon ; Kenapa donk?
  5. kurupuk ; kerupuk
  6. Neng teh hoyong emam semur na sareng kurupuk? engkin atuh Bibi meser heula nya ; Neng mau makan sama kerupuk? nanti ya Bibi belikan dulu.
  7. Insiprasi naon ai Abah ; insiprasi apa Abah?
  8. si Neng teh mirip Abah pisan lah ; Neng mirip Abah banget
  9. Untuk puisi sunda, silahkan lihat atau dengarkan lagu 5Romeo yang judulnya Antepkeun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genteng dan Rujak Kanistren

Usai Disini

A Boy Called Billy