Me and My most-favorite book.
"Aku jatuh cinta padamu. Sehari 3 kali. Pagi, siang, dan malam."
"Albatros?"
"Elang laut."
"Cakarnya kuat?"
"Pondasi cakar."
"Tukang batu?"
"Laki-laki."
"Laki-laki tercinta?"
"Ryan Fikri."
adalah salah satu dialog favorit yang masih menetap di memori otak saya, hingga detik ini.
Saya menjatuhkan hati saya pertama kali pada sebuah novel berjudul "Diorama Sepasang Albanna", mungkin novel ini tidak begitu asing untuk beberapa orang. Dari beberapa novel yang sudah saya baca jauh sebelum saya bertemu novel satu ini, novel inilah yang berhasil merebut perhatian saya, selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun hingga sekarang.
So, i choose this novel as my most-favorite book.
Bercerita tentang dua orang arsitek berbeda kepribadian, si Perempuan adalah seorang arsitek pemula sedangkan si Lelaki adalah seorang eksekutif muda, sukses dan seorang arsitek yang sedang populer dikalangannya.
Novel ini, awalnya mungkin hanya sebuah novel dengan alur romantis-klasik biasa jika dibandingkan dengan novel-novel populer lainnya pada saat itu, atau bisa jadi beberapa orang hanya menganggapnya sebagai roman picisan, saya tidak peduli. Tapi jujur saja, bagi saya alurnya sangat manis dan menarik untuk diikuti, terlebih pengetahuan saya jadi bertambah tentang ilmu kearsitekan, and since then i adore the architect, lelaki yang mempunyai keterampilan dengan tangannya bukankah sangat seksi? ehem.
Magnet lainnya dari novel ini adalah plotnya sangat bisa membuat para pembaca lajang tiba-tiba ingin menikah (dengan seorang arsitek tentunya), mungkin karena terbawa perasaan saat membaca chapter demi chapter, dan itulah kekuatan dari novel ini.
Magnet lainnya dari novel ini adalah plotnya sangat bisa membuat para pembaca lajang tiba-tiba ingin menikah (dengan seorang arsitek tentunya), mungkin karena terbawa perasaan saat membaca chapter demi chapter, dan itulah kekuatan dari novel ini.
Ada cerita menarik antara saya dan novel ini, ini novel "legendaris" untuk saya karena saya tidak membelinya, melainkan seseorang memberikannya untuk saya, saat itu saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama alias SMP. Novel pertama saya hasil pemberian dari seseorang yang sudah saya anggap kakak sendiri, ya, oke, kakak.
Saat saya meninggalkan masa SMP, saya memulai hidup di asrama, dunia baru yang mengenalkan saya pada beragam orang dengan berbagai kepribadian, tapi uniknya, hampir seluruh penghuni asrama menyukai cerita fiksi. Maka, hari dimana saya membawa novel itu ke dalam asrama, novel itu pun berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain, dan bertambahlah "Ryan Fikri fans club" (Ryan Fikri adalah nama tokoh utama dalam novel karya Mbak Ari Nur tersebut).
Buku novel ini, pernah jatuh ke dalam lumpur sawah karena tersenggol keluar dari jendela kamar asrama putri. Lokasi asrama kami memang dikelilingi sawah. Saya harus mengambilnya, tapi itu tidak semudah kata "ambil" biasa, karena untuk keluar asrama kami butuh izin, dan untuk masuk area pesawahan, pun harus meminta izin. But that is my favorite book, i'll do everything to get it back. Maka menunggulah si-Novel untuk diselamatkan setelah tektek bengek perizinan itu selesai.
Akhirnya saya mendapatkan buku itu kembali dalam keadaan basah penuh lumpur, dan itu pertama kalinya saya mencuci sebuah novel, saya benar-benar men-cu-ci-nya. Baunya? jangan ditanya, cukup bayangkan saat kalian lewat got yang dipenuhi sampah dan limbah, bahkan setelah diberi wewangian pun baunya tidak mau hilang. Cover buku? memprihatinkan, harus saya tambal disana-sini dengan cangkokan kertas karton yang direkatkan oleh lem pada cover yang tersisa, kemudian sentuhan terakhir adalah balutan selotip bening. Operasi darurat selesai.
Novel Diorama Sepasang Albanna masih menjadi favorit saya sampai saat ini, masih yang terbaik untuk saya, meskipun buku keduanya hadir dan banyak novel-novel hebat lainnya yang saya baca setelah itu, tapi belum ada yang bisa mengalahkan kenangan yang saya punya dengan Novel Diorama Sepasang Albanna cetakan pertama itu.
Novel itu selalu berada didekat saya, tidak peduli jika saya menjadi nomaden setelah masuk bangku kuliah, saya akan selalu membawanya dan menempatkannya di rak buku bersama buku-buku lain, pun membacanya berulang kali. Terus seperti itu, hingga suatu hari seseorang meminjamnya dan dia tak pernah kembali.
-Bandung, 1 Juni 2016.
Buku terbaik.
#30HariMenulis Hari ke-1
Komentar
Posting Komentar