Sepotong episode masa lalu
Tema: Tulislah mengenai sebuah peristiwa sejarah atau bersejarah yang berkesan buatmu. Interpretasi bebas.
***
Pagi itu langit tampak sangat indah, matahari bersiap terbit perlahan di balik awan dan udara begitu terasa segar dihirup, laut terlihat sangat tenang, beberapa anak-anak tengah berlarian saling berkejaran di pesisir pantai sehabis pulang dari surau tempat mereka biasa mengaji sehabis shalat subuh berjamaah.
Tidak akan ada yang menyangka jika pagi itu di dalam lautan yang tenang itu sedang terjadi sebuah gerakan pelan dari dasar bumi, gerakan perlahan yang tengah bersiap menciptakan guncangan maha dahsyat ke permukaan. Guncangan itu muncul dari kedalaman sekitar 20 Kilometer dibawah laut, berpusat di Samudera Hindia, berjarak sekitar 149 kilometer selatan Kota Meulaboh, Nangroe Aceh Darussalam.
29 Desember 2004. Gempa berkekuatan sekitar 8,5 Skala Richter terjadi, gempa yang disertai gelombang pasang besar bernama Tsunami, meluluh lantakkan Kota Meulaboh, NAD. Suasana pagi yang tenang berubah menjadi ricuh dan gaduh, lafadz Allah terdengar dari berbagai penjuru daerah yang tersapu tanpa ampun oleh tsunami, lafadz Allah bergema pilu. Hari itu kota kami porak poranda.
Allohu akbar... Allohu akbar...
Allah maha besar. Tidak ada satupun makhluk di jagat raya ini mampu menandingi kebesaran-Nya. Tsunami di Aceh, yang juga menyapu beberapa wilayah lepas pantai lain seperti Sumatera Utara, Bangladesh, Sri Lanka, Maladewa, Thailand, Malaysia dan India merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang meninggalkan luka teramat dalam bagi mereka yang ditinggalkan, dan juga bagi kita sesama manusia. Lebih dari 150.000 jiwa hilang dalam bencana dahsyat itu. Bencana itu terjadi tanpa seorangpun dapat memperkirakan dan menduga. Bahkan alat pendeteksi gempa pun tidak mampu memberi peringatan lebih dini atas kedatangan bencana tersebut.
Dua belas tahun sudah bencana itu berlalu, tapi pembangunannya masih berlanjut sampai saat ini. Tidak ada yang mampu mengembalikan kota sama seperti sebelum bencana itu terjadi. Tidak ada yang mampu menghapus kenangan pahit yang terekam otomatis dalam memori penduduk di Meulaboh dan sekitarnya. Tidak ada yang mampu mengembalikan apa yang sudah hilang, apa yang sudah di ambil oleh sang Pemiliknya.
Bencana itu adalah teguran, mengingatkan kita betapa kecilnya kita di hadapan sang Maha Pencipta. Lantas apa yang masih bisa kita sombongkan saat ini? Apa yang membuat kita mampu pongah di hadapan orang lain dan menganggap remeh setiap kejadian yang menimpa kita? Jika Allah sudah berkehendak, bahkan kerikil kecil yang biasa kita injak saja mampu menjungkir balikan kita hingga terjatuh dan tak berdaya.
Bencana datang menimpa bukan untuk membuat mulut kita tak ber-etika, tapi untuk membuat kita mau membuka mata, bahwa kita sangatlah kecil dan rapuh di hadapan-Nya.
Bandung, 18 Juni 2016.
#30HariMenulis Hari ke-18
#30HariMenulis Hari ke-18
Komentar
Posting Komentar