Apa kabar, ayah?

Film?
Saya rajanya, ups, i am the queen, i mean.
Sombong amat.
Terserah.
Ha ha ha ha ha ha, bercanda.

Ya, sebenarnya Queen disini bukan berarti saya sudah memecahkan Guinness World Records sebagai penonton film terbanyak sepanjang sejarah umat manusia, bukan, wong saya baru berumur duapuluh tahun kok (sekitar enam tahun yang lalu sih). Tapi ini hanya sekedar julukan iseng dari orang-orang yang enggan saya sebutkan satu persatu namanya disini, untuk apa, nanti saya kalah tenar sama mereka, eh.

Saya itu senang sekali men-donwload film, atau sekedar "merampok" koleksi orang (yang mana menurut mereka koleksi saya tidak jauh beda dengan isi toko di Kota Kembang, sudah pada tahulah ya Kota Kembang itu tempat apa? Yup, betul! tempat "menyepi" kala kehabisan amunisi, amunisi movie). Saya men-download berbagai genre film yang rekomedasinya saya dapat dari review para blogger atau pengalaman menonton teman-teman facebooker. Saya kalap mengunduh, untuk kemudian saya lupa menonton, my bad habit.

Dengan kata lain saya kolektor film, tapi bukan miliarder film. Saya penikmat film, tapi saya sering melupakan keberadaan para penghuni hardisk itu untuk jangka waktu tak terhingga, apa yang saya lakukan itu jahat, ya kan, cinta?.

Tapi, cinta itu tidak jahat. Cinta itu kuat dan bersahabat, dan saya, kamu, kalian, kita, adalah para pemuja cinta, sebuah rasa yang mampu mempermainkan logika, pembuat buta, pengukir luka. Cinta tidak hanya tentang aku dan dia, kita dan mereka, tapi manusia dan karya.

Pernah jatuh cinta pada sebuah karya? Saya pernah, atau mungkin cukup sering, film.



Miracle in cell no. 7

Hari ini aku berdiri sebagai pengacara, di sebuah ruang pengadilan, untuk seseorang yang sangat aku cintai, ayah. Tidak, dia tidak melakukan sebuah kejahatan serius sehingga harus duduk di kursi terdakwa. Tidak, dia bukan pembunuh, bahkan untuk menyakiti seekor lalat pun dia tak akan tega.

Tapi kenapa ayah harus di hukum mati?

Beberapa tahun lalu, aku hanyalah seorang anak kecil berumur enam tahun yang sangat mencintai ayahnya. Seorang ayah terhebat dengan keterbelakangan mental, aku hanya punya ayah, pun ayah yang hanya memilikiku.

Ayahku bukan orang jahat!!
Aku hanya ingin meneriakkan itu sekencang-kencangnya pada mereka yang tidak percaya, pada mereka yang tak pernah berhenti mengolok-olok karena kondisi ayahku yang cacat. Ayah, ku mohon, bela lah dirimu sekali ini saja, aku hanya anak kecil, mereka para orang dewasa tak akan mau mendengarkan aku. Ayah! aku tertahan disini, ingin berlari memelukmu saat mereka menjebloskanmu ke dalam penjara, menjauhkan genggaman tangan kita. Ayah! aku ingin bersama ayah, aku sayang ayah.

Ayah!

(Breathe)

Tisu. Saya butuh tisu untuk menghapus jejak aliran sungai luber di kedua pipi saya. Film-film melodrama seperti ini selalu sukses mengaduk-aduk emosi dan perasaan saya, membuat saya ingin berdiri gagah di barisan paling depan untuk seruan keadilan. Tuhan, saya marah!.

Miracle in cell no. 7 menjadi pilihan pertama saya untuk review film terbaik pada hari kedua bulan Juni duaribu enambelas ini. Cinta, kasih sayang, sosial, masyarakat, budaya, keadilan dan peradilan, kekuasaaan dan tekanan, topeng dan keserakahan, toleransi dan persahabatan, you can get all the package from this movie, guys.
Bagi saya emosi dari film ini masih sangat terasa, bahkan saat saya menuliskannya disini. The love of a father to his daughter is far beyond incomparable, even dia punya keterbelakangan mental.

Miracle in cell no. 7 merupakan film terlaris di Korea Selatan pada tahun 2013, untuk penikmat film maupun drama Negeri gingseng pasti sudah cukup familiar dengan para pemainnya, apalagi yang fans-die-hard-nya Park Shin Hye, yang belum tahu? yuk kenalan dengan mereka melalui film apik satu ini.

Terakhir, setelah menonton sampai akhir, kamu akan menemukan harta terindah, bahwa, keajaiban mungkin tidak terjadi pada kita, tapi keajaiban bisa terjadi melalui kita.

I love you, Dad.



#30HariMenulis Hari ke-2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genteng dan Rujak Kanistren

Usai Disini

A Boy Called Billy