Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Selamat, kita lulus!

Gambar
Hallo, nama saya Suci. Suci adalah “seorang perempuan biasa yang sok bisa merangkai kata-kata. Ngakunya penulis pemula yang masih belajar bercerita melalui kumpulan aksara”. Barusan itu adalah tulisan saya bertahun-tahun lalu pada kolom perkenalan di salah satu media sosial yang saya gunakan, Twitter . Membaca dan menulis. Bagi saya keduanya sama penting. Kenapa? Jika ditanya kenapa jawabannya adalah karena. KARENA dua hal itu seperti kegiatan satu paket, saya menyebutnya sebagai nutrisi dan olahraga otak, sebuah investasi besar dengan jaminan masa depan gemilang. [Iya gituuuuu ? Di-iya- in aja atuhlah , ya, ya?] Masa depan yang gemilang di sini, bagi saya, lagi, tidak selalu berhubungan dengan pemasukan berupa recehan maupun lembaran, tapi lebih kepada kesehatan otak, mecegah dari pikun dini. Entah ada penelitiannya atau tidak (eiiii, males nyari yaaa) tapi saya selalu menyimpulkannya seperti itu. Kalau bukan saya yang menyayangi otak sa...

Ini Dilanku, Tahun 2018.

Sudah jam sebelas malam, dan aku masih sibuk berguling di atas kasur minimalisku. Besok ada kelas pagi, aku harus cepat tidur, jarak rumah dan kampus yang terbilang lumayan membuatku harus berangkat lebih pagi demi tidak diusir dari ruang kelas karena terlambat, huft. Kupaksa mataku terpejam, tapi gagal. “Agh!” Aku menendang selimut, sebal, ini gara-gara tadi sore aku menonton film horor di bioskop. Selalu saja berakhir seperti ini, gelisah. Rasanya adegan-adegan yang aku lihat tadi terus saja membayang di kepala. Kesal sekali. Kuputuskan untuk membaca buku saja, mungkin dengan membaca buku bisa membuatku mengantuk. Semoga saja mempan. Aku pun menyalakan lampu di mejaku dan meraih satu buku yang kuletakkan tidak jauh dari posisi lampu. Ting! Gerakan tanganku terhenti saat aku melihat ada pesan masuk pada gawaiku lewat aplikasi Fine . Melihat nama yang muncul di sana, aku tidak bisa menyembunyikan senyumanku. Daripada buku, tanganku beralih meraih gawai berwarna...

Kolom Surat Kabar

“Danar…” suara itu lagi.   Berhentilah. Kumohon.   “Danar…”   Aku mendengar tawanya bergema dari kejauhan . Kumohon jangan ke sini. Satu menit. Dua menit. Lima menit. Sepuluh menit. Suara itu menghilang. Peluh membanjiri sekujur tubuhku, nyeri sekali di perut kananku. Aku menggigit telapak tangan kananku sementara tangan kiriku menekan luka yang tidak berhenti mengalirkan darah dari sobekan di perutku. Seseorang datanglah. Tolong aku. Tidak, aku mulai merasa kedinginan, pandanganku mulai kabur. Jam berapa sekarang? Harusnya Ayah sudah pulang. Ku harap dia segera datang, rasanya aku sudah tidak bisa menahan sakit ini lagi. Kriet. Aku mendengar derit dari pintu yang dibuka perlahan. Tidak. Oh Tuhan. Tidak. “Hihihi…” Wanita gila itu. Aku menahan nafas agar tidak ada suara yang bisa ku timbulkan, aku harus bertahan, setidaknya sampai Ayah pulang. “Danar…” Mengapa suara wanita itu terdengar dekat seka...