Prolog Hari Pertama

Di pagi hari yang cerah.

Kriiiing.
“Ya!” ada yang mengangkatnya disebrang sana.
"Hi sobat! Apa kau masih tidur?” tanyaku penuh semangat.
“Siapa ini?” Tanya si penjawab.
“Ini aku teman baikmu”
“Siapa?”
“Spongebob!”
“Euuu…” Patrick sepertinya masih belum sadar, ahaha ahaha.
“Patrick! Ini aku Spongebob, temanmu, sahabatmu. Ingat? Ahaha ahaha” aku tertawa dengan ciri khas karismatikku.
“Euuu… Siapa?” Sepertinya tidak bisa diharapkan.
“Baiklah, dalam satu menit aku akan datang ketempatmu, Patrick, jangan kemana-mana”
“Euuu… Siapa?”
Klik. Ku tutup teleponnya. Patrick memang tidak bisa diandalkan dan harus akulah yang selalu mengingatkannya. Pekerjaan sebagai seorang teman baik itu memang sulit, tapi aku bahagia, aku suka, ahaha ahaha. Baiklah saatnya ke rumah Patrick, aku ingin pamer padanya tentang kegiatan yang akan aku lakukan selama satu bulan kedepan. Pasti menyenangkan.
“Garry, aku pergi dulu ke rumah Patrick, kau tidak boleh nakal. Jaga rumah baik-baik” aku memberikan Garry snack kesukaannya agar dia bersedia menjaga rumah nanas kami.
---
Perjalanan menuju rumah Patrick tidak begitu melelahkan, hanya memerlukan sedikit tenaga saja.
“Tok tok, Patrick aku masuk.”
“Euuu… Siapa?”
“Apa yang sedang kau lakukan Patrick?” Ku lihat Patrick hanya duduk saja dan astaga dia belum menutup teleponnya.
“Hey kawan aku sudah ada disini, sebaiknya kau menutup telepon itu” aku menghampirinya.
“Euuu… Siapa?”
Plak!! Ku tampar wajah Patrick cukup keras, “Patrick sadarlah, ini aku Spongebob!”.
“Hey Spongebob!” akhirnya dia sadar.
“Hey Kawan, ayo kita bermain, tapi sebelumnya aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.”
“Barusan ada yang meneleponku dan aku tidak tahu siapa” ya ampun Patrick, itu aku, itu aku, aku menggelengkan kepala, tapi ya sudah aku tidak ingin memperpanjang masalah, bijaksana bukan?
“Patrick apa kau ingat ini hari apa?” melihat ekspresi Patrick aku pun menyesal telah bertanya.
“Baiklah” akupun membuka laptop yang entah aku dapat dari mana, kemungkinannya aku lupa ahaha ahaha.
“Kita sudah membahas ini Patrick, hari ini adalah hari pertama aku ikut berpartisipasi dalam komunitas menulis ahaha ahaha. Ini menyenangkan, kita akan menemukan banyak tulisan bagus yang bisa membuat otak kita tambah pintar Patrick!”
“Euuu… Apa itu?”
“Aku sudah menjelaskannya kemarin Patrick, apa kau lupa? Kau benar-benar tidak bisa diharapkan, kawan.” Aku membuang nafas dan kembali menatap layar dengan mata yang berbinar-binar.
“Lihat Patrick, sudah mulai… 30 Hari Menulis… akan banyak hal menarik disini…” mataku kian berbinar. Iya hari ini aku ingin menunjukkan pada Patrick dan sedikit sombong kalau aku mengikuti komunitas menulis ini, kalau aku ingin berpartisipasi didalamnya, pasti akan seru, kalian tahu? Banyak hal baru, dan aku suka hal baru!.
--- end ---
Epilog:
“Spongebob, apa kau tidak akan merasa pegal? Kau akan menulis selama tiga puluh hari? TIGA-PU-LUH-HA-RI! AAAAAAAAAAAAAA kau tidak akan memiliki jari seperti aku Spongebob AAAAAAA”
“Tenanglah Patrick…”
---
#30HariMenulis Challenge Day-1.
#437kata

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genteng dan Rujak Kanistren

Hari ke-21 Menulislah tentang adat SUKU-mu yang menurutmu menarik. *** Upacara Tingkeban. Atau lebih dikenal dengan upacara tujuh bulanan bagi perempuan yang sedang hamil 7 bulan. Salah satu adat suku sunda yang sudah jarang sekali saya lihat, sepertinya terakhir saya lihat upacara adat ini waktu saya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, entah sekarang masih dilakukan apa tidak. Mungkin masih, hanya tidak banyak. Bagi saya, upacara adat ini menarik karena memiliki bagian khas (yang sangat saya sukai waktu saya masih kecil) yaitu rujak kanistren, rujak yang dibuat dari 7 macam buah-buahan. Rujak ini harus dibeli menggunakan genteng yang dibentuk bulat seperti koin, saya sempat lupa namanya apa, tapi setelah saya tanya sama om google tadi, yang konon serba tahu itu, akhirnya saya tahu kalau namanya talawengkar, yeay!. Talawengkar merupakan alat transaksi wajib (sebagai pengganti uang) jika kita menginginkan rujak kanistren tersebut. Saya dan sepupu-sepupu s...
Baca selengkapnya

Usai Disini

Tatangan: Membuat cerita dari lagu Raisa - Usai Disini Pedihnya Tanya yang tak terjawab Mampu menjatuhkanku yang dikira tegar “Hei Yar, Nunggu lama ya?” Sandra menarik kursi di depanku, duduk. Aku hanya menggeleng dan tersenyum, mengaduk milk shake cokelat yang sudah ku pesan terlebih dahulu. “Mas.” Sandra mengangkat tangannya hendak memesan. Seorang waiter dengan perawakan jangkung dan berwajah sangat manis menghampiri kami, mengambil sebuah note dari sakunya dan bersiap menuliskan pesanan Sandra. “Frape moccacinonya satu ya, em… sausage and friesnya deh boleh sekalian” dengan cekatan Waiter itu menuliskan menu yang di sebutkan Sandra. “Kamu gak pesan makan Yar?” “Engga deh masih kenyang” “Ya, sudah. Itu aja mas, makasih ya” “Saya ulangi pesananannya ya Kak, Frape moccaccino satu, sausage and friesnya satu” “Yaas.” Sandra mengatakannya dengan nada menggoda sembari mengeluarkan senyuman mautnya, dasar genit. “Baik, ditunggu sebentar ya Kak” Si Waiter terli...
Baca selengkapnya

A Boy Called Billy

Gambar
deviantart-so-sad-by-mazaises “Bau amis!” “Anak ikan!”   “Bajak laut!” “Dasar cacat!”   Ejekan itu ibarat camilan sehari-hari bagi Billy, seorang bocah berusia dua belas tahun yang lahir dalam keluarga penjual ikan di sebuah desa dekat pesisir pantai. Dirinya memiliki kelainan fisik, kaki kirinya lebih kecil dari kaki kanannya karena penyakit polio yang ia derita saat berusia 4 tahun. Sedangkan mata sebelah kanannya tidak bisa melihat semenjak ia dilahirkan sehingga kelopak matanya tertutup seiring pertumbuhan usia Billy, membuat anak-anak seusianya kerap melemparkan ejekan-ejekan yang menyerang fisik Billy. Tidak hanya anak seusianya, terkadang orangtua mereka pun memandang rendah pada Billy, tak ayal mereka melarang anak-anak mereka untuk bergaul dengan Billy, bahkan oleh orangtuanya sendiri dia sering dimarahi dan dibentak dengan kasar. “Pegang pisaunya dengan benar, dasar anak tidak berguna!” Bentak sang ayah, dengan tangan kecilnya y...
Baca selengkapnya