Pied Piper
Maybe I’m a bit dangerous like the Pied Piper,
I’m testing you like the fruit from the tree of good and evil. My Pipe awakens
everything. That sound burns you up even more. You pulled by it, you react. I'm endlessly blowing. I’m your guilty pleasure, you can’t escape, never.
---
Kita sedang duduk berhadapan dan kau mulai
menggodaku, lagi.
Katakan, bagaimana aku bisa menahan godaan
sebesar ini dalam hidupku? Pasti aku orang yang sangat istimewa karena sampai
saat ini Tuhan masih memberikanku kesabaran tingkat tinggi sehingga aku mampu
menahan diri dari menjebloskanmu ke dalam sangkar abadi.
“Wajahmu memerah.” Kau mengejekku, ku lemparkan
senyum simpul.
“Apa karena aku cantik?” Kau sudah menanyakan
hal itu ribuan kali, aku menggeleng pura-pura acuh. Kau cantik, tentu saja.
Saat pertama mengenalmu, kau bilang akan
mengusir rasa sepiku, dengan syarat bahwa aku harus selalu berada disana
kapanpun aku kau butuhkan, dan aku setuju. Kau membuatku menjadi pria paling bahagia
di dunia. Bersamamu, aku seperti disuguhi anggur berkelas paling langka dan
mahal, menghirup aromamu, mencecap setetes rasamu sampai meneguk hingga mabuk.
Denganmu, aku nyaris gila.
“Aku mencintaimu.” Harusnya kau menghitung
berapa kali aku mengatakan itu padamu, ribuan kali pun aku tak akan pernah
bosan.
Kau tersenyum dan mengecup bibirku. Harusnya aku
sudah paham watakmu, mana mungkin kau akan membalas ungkapan cintaku yang
selalu kau tertawakan dengan terbahak-bahak itu. Kau pikir itu lucu, tapi tidak
bagiku.
Kau seperti 'Sang Peniup Seruling' dalam versiku. Kau adalah magnet yang membuatku menempel padamu. Duniamu
begitu berwarna sehingga aku terlena didalamnya. Aku menuruti semua yang kau
perintahkan padaku, tiap kata yang keluar dari mulutmu adalah titah bagiku.
Lalu suatu hari aku menolak ajakanmu,
mengabaikan panggilanmu dan mengacuhkanmu, kau marah padaku. Tidak dengan
kata-kata, tapi dengan tatapan dingin dari mata indahmu yang tidak sengaja
bersirobok dengan mataku yang berusaha menghindar. Ini lucu, bagaimana dulu
dengan mata indah itu kau mengerling manja dan menggodaku, membuatku sulit
menolak setiap permintaanmu. Dan kini dengan mata yang sama, kau menghantamkan
belati didadaku, berkali-kali, rasanya lebih baik aku mati.
“Kau ingkar janji.” Suaramu dingin dan aku
membeku.
Aku menjauh, memunggungimu dan berjalan ke arah
yang berbeda denganmu untuk pertama kalinya. Aku yakin, detik saat aku berbalik
menjauh adalah detik pertama di bumi di mana kau mulai merajut benang kebencian
untukku.
Aku terkoyak.
Maaf, aku benar-benar tidak bisa lagi menjadi
hambamu yang patuh, Ratuku. Aku tidak bisa. Pengabdianku cukup sampai di sini
saja. Aku sudah tidak sanggup. Karena jika aku berani, karena jika aku tidak
memerdulikan apapun lagi, bisa saja aku membawamu lari, pergi menjauh dari
istana ini. Tapi aku lebih paham lagi, sekalipun aku berkorban, sekalipun aku
memberontak, kau tidak akan pernah mau meninggalkan singgasanamu itu.
Singgasana di mana Raja yang kau puja bertahta diatasnya.
Kembalilah pada suamimu.
Biarkan saja aku merana sendiri sampai ajal
nanti, ku anggap itu sebagai hukumanku karena telah mengkhianati kakakku
sendiri.
#30HariMenulis
Challenge Day 4
Jumlah kata: 469
Jumlah kata: 469
---
Note:
- Paragraf pertama yang berbahasa Inggris merupakan lirik dari lagu BTS, Pied Piper, sekaligus inspirasi saya menulis hari ini
- BTS membuat lirik dalam lagu ini berdasarkan pada cerita legenda Pied Piper of Hamelin, pun yang akhirnya mereka jadikan judul untuk lagu tersebut.
- Pied Piper of Hamelin adalah sebuah dongeng mengenai seorang peniup seruling pengusir tikus berpakaian warna warni yang datang ke Kota Hamelin di Jerman yang mampu “menarik perhatian” anak-anak di Hamelin dengan seruling ajaibnya.
- Kisah Pied Piper of Hamelin sendiri pernah ditulis ulang dalam beberapa versi diantaranya oleh Johann Wolfgang von Goethe, Grimm Bersaudara dan Robert Browning (sumber Wikipedia).
Terima kasih sudah membaca!
Komentar
Posting Komentar