Ngopi bareng Aesop's Fable

Bicara tentang buku, tentunya banyak jenis dan macam buku yang bisa dijadikan referensi untuk mengisi hari ataupun menuhin diary, yang memuat banyak informasi dari yang berguna sampai hanya sekedar lawakan semata.

Nah, untuk tema ulasan buku kali ini, saya sempat galau, buku apa ya yang harus saya ulas? Karena jujur, akhir-akhir ini saya tidak banyak membaca buku (sedih!) terutama hardcopy. Akan tetapi saya teringat tulisan salah satu admin sekaligus peserta 30 Hari Menulis tentang ide, ide itu dicari bukan ditunggui.

Ya, karena ide memang bukan angkot ataupun kendaraan online yang mesti ditunggu sebelum nantinya mengantar kita ke tempat tujuan #halah. Seperti hidayah dan rejeki, kalau mau dapat ya kudu dicari atau dijemput sendiri jangan manja nunggu didatangi, nanti keburu mati (astaghfirullah, maafkan hamba ya Allah).

Sore itu saya mengirim pesan pada teman lewat whatsapp, saya meminta dia untuk merekomendasikan beberapa buku yang menarik untuk diulas, kebetulan si teman memang hobi sekali baca buku. Dari obrolan lewat whatsapp itulah akhirnya saya memutuskan untuk memberi sedikit ulasan tentang salah satu buku, Aesop Fabel.


Aesop fabel dulunya bukanlah buku, melainkan hanya dongeng yang diceritakan oleh seorang pria bernama Aesop pada jaman Yunani Kuno, sekitar tahun 600-an sebelum masehi, yang akhirnya didokumentasikan dalam bentuk buku pada tahun 300 sebelum masehi dan mulai dikenal khalayak ramai sampai sekarang. Aesop adalah seorang budak yang cerdas dan pandai dalam bercerita, makanya di setiap dongengnya dia selalu memasukkan pesan moral tentang keadilan maupun kebijaksanaan dalam kehidupan.

Buku fabel Aesop adalah buku yang didalamnya memuat banyak cerita pendek dengan penggambaran hewan (fabel) sebagai karakter utamanya. Siapa yang tidak asing dengan cerita Bocah penggembala dan Serigala? Sedari kecil pasti sudah banyak versi diceritakan maupun dibuat tentang dongeng klasik tersebut, jika lupa, akan coba saya ingatkan. 

Si Penggembala dan Serigala.

Di sebuah desa ada seorang bocah laki-laki yang senang sekali mencari perhatian penduduk desa dan sangat usil. Suatu hari, bocah penggembala ini berteriak “Tolong ada Serigala, ada Serigala” sehingga membuat penduduk desa berdatangan ke tempat si bocah menggembalakan domba-dombanya, namun setelah tiba di sana ternyata tidak ada apapun, dan si bocah penggembala tertawa girang melihat penduduk yang kemudian pergi meninggalkannya dengan kesal. Tidak hanya satu kali, tapi si bocah penggembala melakukannya berulang kali sampai penduduk desa geram karena tingkahnya. Suatu hari, Serigala benar-benar datang dan menyerang domba-domba miliknya, bocah itu pun berteriak meminta tolong “Tolong ada Serigala” namun kali ini tidak satupun penduduk desa yang datang untuk menolongnya, maka berpesta daginglah si Serigala.

Terdapat pesan moral dalam cerita tersebut, yakni seorang pembohong tidak akan dipercaya sekalipun ia berkata benar. Persis seperti pelajaran adab dan akhlak yang dulu saya terima saat masih duduk dibangku sekolah dasar.

Cerita di atas adalah salah satu contoh dongeng yang termuat dalam buku Aesop Fabel dan masih banyak dongeng-dongeng lainnya yang saya yakin beberapa dari kita, kebanyakan, sudah sangat kenal dengan dongeng-dongeng tersebut. Banyak yang meyakini jika Aesop ini tidaklah mengarang dongeng-dongeng itu sendiri, akan tetapi dia mengumpulkan dongeng-dongeng dari masa sebelumnya.

Kenapa saya jadi ikutan suka buku ini? Karena ringan dibaca, sederhana namun penuh makna, dan selalu ada pesan moral di akhir setiap dongengnya. Cocok deh kalau dibaca sambil ngopi-ngopi cantik. Saya yakin buku ini tidak hanya akan disukai anak-anak namun juga orang dewasa, intinya, buku ini cocok untuk semua kalangan.

 (Sumber gambar, google)

Kekurangan buku ini tidak banyak, bahkan hampir tidak ada sepertinya, hanya saja beberapa dongeng masih disajikan dalam bahasa Inggris. Beruntungnya, buku Aesop fabel sekarang banyak dipublikasikan menggunakan bahasa Inggris yang sudah dimodernkan, jadi lebih enak untuk dibaca sekalipun bukan dalam bahasa Indonesia.


Fakta menarik lainnya adalah selain sudah menggunakan bahasa Inggris yang mudah dipahami, ternyata Aesop fabel ini sudah pernah disajikan dalam bentuk audio visual pada tahun 1983 lho, bisa dilihat disini ya https://www.youtube.com/watch?v=rUmOKL2Rthg dan juga yang lebih kekinian lagi terdapat di channel youtube Pinkfong! (itu lho channel yang sama dengan si Baby Shark du du du du.)

Ah hampir saja lupa, kumpulan fabel Aesop secara online dapat juga dilihat di sini situs www.aesopfables.com. Selamat membaca!
---
#30HariMenulis Challenge Day 6
Jumlah kata: 637

Terima kasih sudah berkunjung! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genteng dan Rujak Kanistren

Usai Disini

A Boy Called Billy