Senja di Bulan Juni
"Masih satu jam lagi" aku mengembuskan nafas berat setelah melirik jam dinding yang tepat terpasang di hadapanku.
Dua jam, artinya masih sekitar tiga ribu enam ratus detik yang harus aku habiskan di kursi yang sama, meja yang sama dan berhadapan dengan layar yang sama.
"Ugh..." aku merengangkan tanganku ke atas dan mulai menyamankan kembali posisi dudukku.
"Kenapa Mbak?" seseorang melongok dari balik layar komputerku.
"Suntuk" kujawab singkat yang dibalas dengan cengiran si Penanya.
Akhir-akhir ini aku merasa terlalu bosan berada di sini, lebih sering terasa penatnya ketimbang semangatnya. Apa mungkin ini yang dinamakan kejenuhan terhadap pekerjaan yang itu-itu saja selama beberapa tahun belakangan? Empat tahun lebih aku bekerja di tempat yang sama dengan pekerjaan yang memang cukup membuat lelah, well, memang tidak ada pekerjaan yang tidak bikin lelah sih, hanya saja ini adalah jenis pekerjaan yang memang cukup membosankan.
"Mungkin kau sedang butuh liburan" seorang pria dengan kemeja masih rapi yang sepertinya kukenal meletakkan secangkir kopi di mejaku sambil melirik layar yang sudah lebih dari satu jam menunjukkan tampilan jendela yang sama.
"Thanks" pun menyeruput kopi panas yang aromanya cukup menggoda.
"Enaknya liburan kemana ya?" Sedikit malas tapi ingin kubahas juga, siapa tahu bisa jadi alternatif pilihan akhir pekan ini. Dia mengendikkan bahu tanda tidak bisa memberikan semacam masukan atau sugesti. Kuhembuskan nafas masygul sembari kembali menyeruput kopi lagi, cukup menenangkan. Si pria pun berlalu.
"Mbak, Mas Ari itu suka ya sama Mbak?" setengah berbisik, si yang sedari tadi menguping percakapanku dengan Ari kembali melongokkan kepalanya di balik komputerku, oh iya, namanya Siti Sara, cuma mau di panggil Sara saja katanya.
"Mbak, Mas Ari itu suka ya sama Mbak?" setengah berbisik, si yang sedari tadi menguping percakapanku dengan Ari kembali melongokkan kepalanya di balik komputerku, oh iya, namanya Siti Sara, cuma mau di panggil Sara saja katanya.
"Engga, dia sudah mau nikah" Jawabku. Dan Sara hanya Ber-O dengan bentuk mulutnya.
"Tadinya mau kunikahi dia, tapi orangnya engga mau" Ari yang memang aku tahu sudah berada di belakang Sara menimpali sambil meletakkan beberapa berkas di mejanya Sara. "Ini masih salah, sedikit saja kok, perbaiki ya sebelum pulang" lanjut Ari pada Sara, "Oke Mas" Timpal Sara kemudian, aku hanya acuh.
Kembali ku tatap jam dinding itu, setiap menit menuju jam pulang kantor kenapa terasa begitu lama, seolah jarum jamnya sedang meledek aku karena kesumpekkan yang sangat jelas terlihat di wajahku.
"Mbak..." Sara lagi.
"Tadinya mau kunikahi dia, tapi orangnya engga mau" Ari yang memang aku tahu sudah berada di belakang Sara menimpali sambil meletakkan beberapa berkas di mejanya Sara. "Ini masih salah, sedikit saja kok, perbaiki ya sebelum pulang" lanjut Ari pada Sara, "Oke Mas" Timpal Sara kemudian, aku hanya acuh.
Kembali ku tatap jam dinding itu, setiap menit menuju jam pulang kantor kenapa terasa begitu lama, seolah jarum jamnya sedang meledek aku karena kesumpekkan yang sangat jelas terlihat di wajahku.
"Mbak..." Sara lagi.
"Hm?" aku sedang bergerak-gerak sembari duduk di kursiku, kadang berputar dan bergerak ke depan-belakang kanan-kiri saja. Tidak ada yang bisa aku kerjakan memang, pekerjaanku sudah selesai semua, dan aku tidak berniat berbaik hati membantu orang-orang yang belum selesai kerjaannya di sini.
"Kalau kerja sama nulisnya dipisah apa disambung ya?"
"Pisah. Kecuali ada imbuhannya, seperti 'kerjasamanya' baru disambung"
"Berlaku buat tanggung jawab juga ya?"
"Yap"
"Oke Mbak, thank you"
"Yuuu" dan kopi dalam cangkir sudah habis berbarengan dengan itu jam pun menunjukkan tepat pukul lima sore.
"Ariiiii, aku pulang ya? Makasih kopinyaaa!" Aku menyambar tas yang memang sudah rapi dan siap sejak tadi, ikon shut down di komputer langsung kutekan, selesai.
Sesampainya di pintu keluar, aku langsung menggeliat, melonggarkan beberapa otot yang terasa kaku karena kebanyakan duduk. Aku menatap langit sore itu sudah mulai terlihat sedikit gelap.
"Pisah. Kecuali ada imbuhannya, seperti 'kerjasamanya' baru disambung"
"Berlaku buat tanggung jawab juga ya?"
"Yap"
"Oke Mbak, thank you"
"Yuuu" dan kopi dalam cangkir sudah habis berbarengan dengan itu jam pun menunjukkan tepat pukul lima sore.
"Ariiiii, aku pulang ya? Makasih kopinyaaa!" Aku menyambar tas yang memang sudah rapi dan siap sejak tadi, ikon shut down di komputer langsung kutekan, selesai.
Sesampainya di pintu keluar, aku langsung menggeliat, melonggarkan beberapa otot yang terasa kaku karena kebanyakan duduk. Aku menatap langit sore itu sudah mulai terlihat sedikit gelap.
"Lumayan juga" pun mengambil telepon selular dari kantong jaketku dan mengabadikan warna langit sore itu.
Dan hari ini, sampai di sini dulu, aku belum menentukan sih apakah masih ingin melihat senja dari pintu keluar yang sudah selama empat tahun ini aku lewati atau mencari pintu keluar lainnya yang mungkin dapat memperlihatkan senja yang lebih indah dari sore ini.
Dan hari ini, sampai di sini dulu, aku belum menentukan sih apakah masih ingin melihat senja dari pintu keluar yang sudah selama empat tahun ini aku lewati atau mencari pintu keluar lainnya yang mungkin dapat memperlihatkan senja yang lebih indah dari sore ini.
... dan senja ini, aku tahu akan ada yang berbeda setelah hari ini. Juni 2017.
Komentar
Posting Komentar