Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Hanya coretan (2)

Menangis lagi. Sebegitu mudahnya aku masuk ke dalam cerita "seseorang" bahkan yang tidak begitu kukenal baik. Apakah bisa dikatakan sebagai empati? Beberapa hari yang lalu, satu berita mampir di salah satu media sosial, isinya "seorang pria bun*h d*ri", saat pertama membaca beritanya? Ya, aku menangis. Pertanyaan pertama yang terbesit di benakku adalah apakah sangat berat? Sini ceritakan padaku saja ... Ah, seandainya saja kita saling mengenal. Kembali menghadapi realita. Aku menemukan diriku berdiri di ujung tebing. Pernah, dulu sekali, aku menganggap hidup begitu berat dan ingin segera mengakhirinya. Aku merasa, saat itu, aku bukan pengecut dan sangat mampu untuk menyakiti diri sendiri tanpa sedikitpun rasa takut. Kenyataannya, aku masih di sini, menjalani takdirku, hidupku, yang kini lebih banyak kusyukuri dan kunikmati.

Hanya coretan (1)

"Sudah ada calon?" Pertanyaan itu akan terus muncul saat kita yang memang masih sendiri (dalam status pernikahan) bertemu dengan keluarga di hari-hari penting. Menghadapi pertanyaan seperti itu, mungkin bukan hal yang mengenakkan bagi sebagian besar kita. Tapi setelah melaluinya dalam beberapa fase, manusia akan cenderung menjadi terbiasa. Tentunya bukan aku saja kan yang merasa seperti itu? Pernikahan adalah fase hidup yang dianggap harus dimiliki semua orang, kalaupun cerai, ya tidak apa-apa, asal sudah "pernah" menikah. Mungkin begitu? Saat ini, aku sendiri sudah dalam posisi "doakan saja ya" saat mendengar pertanyaan "kapan menikah?". Tidak ada rasa kesal, marah ataupun sedih. Aku tahu sebagian besar dari mereka yang bertanya, memang tulus bertanya tanpa maksud menyakiti. Aku juga tahu, ada sebagian kecil dari mereka yang mengungkapkannya secara tersirat, tidak dengan pertanyaan, tapi dengan pernyataan seperti "semoga menyusul secepatnya...